Pages

Pemecahan Dormansi Kelapa Sawit

Dormansi Benih Kelapa Sawit

Benih kelapa sawit termasuk benih yang mengalami dormansi cukup lama sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Sementara itu, perkebunan membutuhkan benih yang lebih cepat untuk berkecambah.
Pemecahan dormansi dapat dilakukan pada suhu 40 ºC selama 80 hari. Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu perkecambahan jika diberikan selama atau setelah proses pemanasan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Benih kelapa sawit termasuk ke dalam benih rekalsitran sehingga tidak tahan disimpan dalam suhu dingin dibawah 5 ºC dan akan mati apabila kadar airnya berada di bawah 12,5 % (Chin & Robert, 1980). Lubis (2008) menambahkan kadar air yang optimal untuk perkecambahan benih kelapa sawit adalah ± 23 %. Kondisi ini dapat terpenuhi dengan cara menyimpan benih di dalam kantong plastik dan menempatkanya di ruang perkecambahan yang suhunya dapat tetap dikontrol.

Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Dormansi adalah suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah meskipun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Oleh karena itu diperlukan teknik khusus untuk mematahkan dormansi tersebut.
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan pemecahan dormansi benih kelapa sawit dapat dilakukan pada suhu 40 ºC selama 80 hari. Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu perkecambahan jika diberikan selama atau setelah proses pemanasan.
Menurut Haryani (2005) dormansi benih kelapa sawit disebabkan adanya penghalang berupa struktur penutup di germpore yaitu operculum
Pemecahan dormansi yang digunakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yaitu pemanasan benih pada suhu 40 °C selama 60 hari. Ruangan pemanas dilengkapi dengan kipas angin, thermograph, sinko, dan heater. Fungsi heater adalah untuk menyemburkan panas secara otomatis sedangkan thermograph berfungsi sebagai alat perekam suhu ruangan yang bekerja secara berkesinambungan pada proses pemecahan dormansi. Sinko berfungsi sebagai alat kontrol, apabila suhu lebih dari 40 °C maka alat ini akan bekerja mematikan heater dan menghidupkan kipas angin.
Hasil penelitian PPKS menunjukkan dormansi benih kelapa sawit sudah dapat dipatahkan dengan pemanasan selama 60 hari, dikombinasikan dengan perendaman dan pengeringan sebelum dan setelah perlakuan pemanasan. Hal ini dibuktikan bahwa dengan perlakuan tersebut persentase daya berkecambah benih kelapa sawit PPKS tahun 2007 adalah 83.4 % (Arif, 2008).
Kegiatan pematahan dormansi di PPKS adalah perendaman I selama 7 hari, pengeringan selama 24 jam, dilanjutkan dengan pemanasan selama 60 hari. Setelah dipanaskan selama 60 hari dilakukan perendaman kedua selama 3 hari dan pengeringan selama 5 jam. Perendaman berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan melunakkan buah atau kulit benih dan pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman untuk diproses lebih lanjut serta terhindar dari serangan hama dan penyakit (Haryani, 2003; Sukarman dan Hasanah, 2003). Perlakuan pemanasan bertujuan untuk mematahkan dormansi benih kelapa sawit. Dengan pemanasan diharapkan operculum menjadi retak sehingga benih dapat berkecambah. Setelah proses pemanasan selesai benih siap dikirim ke ruang pengecambahan

Manfaat Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit
Dengan adanya pematahan dormansi pada benih kelapa sawit maka sebagian besar benih dapat disalurkan dalam bentuk kecambah sehingga dapat memudahkan konsumen dalam membudidayakannya.


Kecambah yang disalurkan kepada konsumen harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk menjamin mutu bibit yang dihasilkan. Kriteria kecambah siap salur yang digunakan PPKS adalah
(1) kecambah tumbuh sempurna,
(2) plumula dan radikula sudah dapat dibedakan (berbentuk seperti huruf T),
(3) plumula dan radikula tumbuh berlainan arah
(4) plumula dan radikula tampak segar,
(5) kecambah tidak berjamur dan
(6) panjang plumula dan radikula maksimum 2 cm.

REFERENSI :

Rani Kurnila. PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA. Repository Institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20138/A09rku.pdf?sequence=2

Sutopo, Lita. 1999. Teknologi Benih. Rajawali pers: Jakarta.


Setelah membaca, Mohon Post-kan komentar
Terima Kasih
Yang lainnya :