Pages

Resensi Novel Namaku May Sarah

NAMAKU MAY SARAH


Identitas Kepengarangan

Judul : Namaku May Sarah

Pengarang : Pipiet Senja

Penerbit : Asy-Syaamil Press & Grafika

Tahun terbit : 2001

Jumlah halaman : 96

ISBN : 979-9435-42-0

Novel “Namaku May Sarah” dikemas dengan nuansa islami, dan mengambil kerusuhan Mei 1998 di Jakarta sebagai inspirasi.

Dikisahkan May Ling, dara Tionghoa asal Medan yang mengarungi hidup penuh kegetiran dan perjuangan bersama suaminya, Monang, pemuda muslim batak. Ia harus berhadapan beragam persoalan mulai tradisi, politik, ekonomi hingga hidayah datang kepadanya.

Sinopsis

Berawal dari May Ling, dara Tionghoa yang berteman akrab dengan Monang Siregar, pemuda muslim Batak. Mereka berdua bercita – cita kuliah di Mambusho.

Orang tua May Ling, Tn Wang tidak menyukai orang pribumu sehingga ia tidak menyukai hubungan anaknya dengan Monang. Kemudian May Ling meminta Monang untuk melarikannya dari rumah karena ia ingin dikawinkan dengan A-Chan putra Tn Tang. Mereka lari ke Padang Sidempuan dan menikah sehingga May Ling masuk Islam, hingga mereka tinggal di Gunung Tua, tempat saudara Monang., lalu May Ling menyuruh Monang untuk melanjutkan kuliah di Mambusho dan lulus. Sebelum Monang pergi, May Ling melahirkan anak bernama Bulani.

Sepeninggal Monang, May Ling hidup sengsara karena dikucilkan dan dicemooh oleh inangborunya.

Singkatnya May Ling dan Bulani minggat ke Jakarta dan bertemu Hendra yang menawarkan tempat tinggal sampai Bulani sekolah. Sewaktu Bulani sembuh dari penyakit tipus, May Ling memakai kerudung dan betganti nama May Sarah.

Hingga akhirnya terjadi kerusuhan, orang – orang Tionghoa dibunuhi oleh segerombol orang. Pada kejadian itu May Sarah cidera dan dibawa ke UGD Rumah Sakit. Disana tak ada yang mengira Monang bertemu Hendra dan keluarganya ( May Ling dan Bulani ).

Pada pertengahan 2000 bisnis Tn Wang bangkrut, kemudian Monang dan keluarganya kembali ke Medan dan diterima oleh keluarga May Ling ( May Sarah ).

Saya mengambil novel ini sebagai salah satu resensi saya, karena memiliki latar di tempat – tempat sekitar kita (khususnya Sumatera Utara) dan kejadiannya juga diambil dari situasi – situasi dan kondisi – kondisi yang ada pada saat itu.

Pertama melihat buku ini, saya tidak menyangka ceritanya begitu mengesankan bagi saya. Saya sangat terharu sewaktu pertama kali membacanya. Novel ini ditulis menggunakan bahasa yang sangat menarik, penulis pandai dalam memikat hati pembaca agar tidak bosan dalam membaca. Penulis tidak menggunakan bahasa – bahasa ataupin kalimat – kalimat yang berbelit – belit.

Saya bingung untuk mencari kekurangan dari novel ini. Mungkin kekurangannya ialah tidan menggunakan judul pada tiap bagian, hanya menggunakan kata satu, dua, tiga dan seterusnya.

Menurut saya, buku ini sangat cocok bagi remaja (khususnya wanita muslimah) karena banyak amanat dan nasihat yang ada di dalamnya yang berhubungan dengan kehidupan remaja. Saya rasa, saya tidak sia – sia dalam membaca buku ini.


Peresensi :

Hermawan Abdillah

Kelas : XI IPA 1