Pages

Resensi Novel Tunjung Biru


TUNJUNG BIRU
resensor : Ahmad Indra Sakti

Judul buku : Tunjung Biru
Penulis : Arti Purbani
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun : cetakan ke-2 tahun 1993
Halaman : 95 Hlm.
ISBN : 979-407-592-2

Novel ini menceritakan tentang sekelumit kisah keluarga, persaudaraan dan perjuangan cinta yang ditulis dengan alur dan bahasa yang sederhana. Novel yang dilatar belakangi kerajaan masa lampau ini lebih menonjolkan kehidupan para keluarga kerajaan dan kaum bangsawan yang masih memperhatikan kelas sosial, dan dipengaruhi unsur Adat istiadat serta penuh dengan ragam Budaya yang mempesona.

Novel ini mengisahkan tentang Munarsi, adik raja Mayanegara yang harus bersedih hati karena ditinggal mati oleh tunangannya. Dan pada akhirnya dia bertemu dengan Indra, seorang pemuda biasa yang langsung jatuh cinta ketika pertama kali melihat sosok Munarsi. Pemuda yang pandai berpuitis dan memberi Munarsi dengan sebutan manis yaitu, Tunjung Biru, yang menjadi judul novel ini. Namun perjalanan cinta Indra masih butuh pengorbanan dikarenakan status keturunan dan status sosialnya. Kemudian ada juga kisah Maulana, seorang dokter lulusan luar negeri yang terus berjuang menantikan jawaban atas lamarannya kepada Asmara Dewi, putri dari raja Mayanegara yang terus menggantung cintanya kepada Maulana hanya dikarenakan adanya perbedaan bahasa dalam keseharian masing-masing. Kemudian ada juga kisah cinta Narendra, putra dari Raja Mayanegara, dimana tak ada satupun wanita yang tidak tertarik begitu melihat ketampanannya apalagi kemampanannya sebagai pangeran kerajaan kecuali Amirati, wanita yang dicintai oleh Narendra. Dan dikarenakan cintanya yang tak terbalaskan, membuat Narendra mengalami sakit keras selama berminggu-minggu.
Berbagai kisah yang dibangun dalam novel ini patut untuk dibaca karena tidak hanya menghadirkan masalah antar tokoh saja tetapi lebih dari itu ikut memaparkan suasana kerajaan, adat tata cara perkawinan para bangsawan dan berbagai seni pertunjukan yang digambarkan secara terperinci tanpa melupakan alur ceritanya sendiri. Jadi, novel ini bukan hanya memberikan hiburan bacaan semata tetapi juga ikut meperkenalkan kita kepada khasanah budaya bangsa kita pada masa lampau.