Pages

Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Pacaran Dalam Hati Part I



Pagi itu rasanya sangat cerah, burung bersiul dimana-mana. Mereka semua datang dari segala penjuru dan berkumpul di depan gedung tempat mengadu ilmu itu. “nasib baik !!!” pikirku. Hari pertama masuk sekolah pagi itu rasanya kurang menyenangkan bagiku. Sesampainya aku di gerbang sekolah, aku dikejutkan seorang cowok yang memanggilku: “Gara….gara. tunggu aku” kata Luhut sahabat baikku. “eh….kamu hut!” sautku padanya sambil menunggu dia. Kami berdua berjalan bersamaan menuju sekolah idaman kami itu. Ruhut adalah teman baikku sejak SMP dan hingga sampai SMK sekarang. Kami berdua sama-sama mengambil jurusan RPL di sebuah sekolah ternama di kota itu.
            Karena sudah bell, kami berdua lari dengan cepat dan berkumpul dengan teman yang lain yang sesama kelas X. Dibarisan kami mendengarkan beberapa pengarahan dari kepala sekolah. Seusai pengarahan itu, kami masuk kelas sesuai jurusan kami masing-masing. Disekolah itu ada beberapa jurusan seperti RPL, Akuntansi dan Administrasi Perkantoran. Jumlah satu kelasku 30 siswa/I dengan 10 laki-laki dan 20 perempuan. Hari pertama masuk sekolah kami masih enggan dengan teman yang lain karena belum kenal satu sama lain. Hari-hari terus aku lewati dengan penuh semangat dan gairah yang kuat. Karena rumah luhut dan tempat kostku satu arah, tiap pulang sekolah kami sama-sama pulang kerumah.
            Seminggu setelah itu, tepat hari senin aku berlari menuju sekolah tidak tahu apa yang akan aku kejar. Tidak sengaja aku menyenggol bahu seorang cewek yang sedang berjalan didepanku dengan membawa buku di tangannya. Dia terjatuh dengan semua buku yang dipegangnya, sangking kesalnya dia berkata: “hei….kalau lari hati-hati dong, kalau mau jogging dilapangan sana, dasar tak tahu aturan”. Aku melihatnya dan dia menatapku dengan tajam, aku ingin sekali membantunya tetapi kakiku terus berlari. Sesampainya dikelas aku duduk dibangku dan meletakkan tasku. Tiba-tiba aku mengingat kejadian beberapa menit sebelumnya, aku  merasa menyesal karena tidak membantunya membereskan buku-buku yang terjatuh itu.
            Setelah pulang sekolah. Aku berjalan dengan santai menuju kost, dia sempat melihat dan menatapku dengan mata tajam. Dia memberi pandangan dengan begitu kebencian yang tak terhapuskan lagi, sampai-sampai badanku terdiam dan seperti dihipnotis olehnya. Dia berjalan sambil mendekatiku. Dia semakin mendekat denganku dan makin mendekat lagi kearahku. Tak terasa jantungku langsung berdebar kencang, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya padaku.
“kenapa. takut…. Orang tak tahu sopan!!!. Bentaknya padaku dengan keras, sampai gendang telingaku rasanya sakit. “Kamu diajari gak sih dirumah bagaimana cara jalan yang bagus. Atau kamu sendiri yang tak punya mata untuk melihat. Kalau punya mata digunain dong, jangan hanya pajangan aja dimuka...!!!” bentaknya lagi padaku. Tiba-tiba saja aku terdiam dan rasanya tak bisa bicara karena kata-kata itu. “eh.., kamu ya yang gak tahu jalan!!!. Jawabku padanya dengan terpaksa. Makanya kalau jalan itu cepat-cepat, jangan kayak ibu-ibu yang mau melahirkan, ha..ha..!!” ucapku lagi padanya. Aku lihat dia hanya terdiam dan pergi dari tempat itu meninggalkan aku sendirian. Aku terdiam di tempat yang penuh dengan cacian itu. Aku tak tahu lagi entah apa yang saya lakukan, terpaksa aku meninggalkan tempat itu dan pulang tempat kost.
            Sesampai di tempat kost, aku mengganti pakaian sekolah dan langsung berlari ke dapur untuk makan. Ternyata yang aku dapat hanyalah sebuah ikan yang dibakar yang begitu asin dilidahku. Tak tahan dengan itu aku pergi keluar untuk membeli ikan yang lebih enak. Aku menuju sebuah tempat jualan makanan yang tak jauh dari tempat kost, aku langsung memesannya dan dibuat dalam rantangan yang aku bawa. Aku pergi meninggalkan tempat jualan itu. Tidak jauh dari tempat jualan makanan itu, aku di kagetkan seorang cewek yang mengejekku dari belakang badanku. Aku melihatnya ternyata dia adalah cewek yang sebelumnya membuat hatiku kesal. “belum ada dua jam, ehh.. dia udah cari masalah lagi dangan ku”, tersirat dalam pikirku sekejap. Aku diam dan dia pergi dengan tertawanya sambil mengejekku. Aku pergi dan menuju tempat dimana aku kost. Sampai di kost langsung aku habiskan apa yang aku beli itu dengan begitu lahap.
            Paginya aku sekolah seperti biasa tanpa ada gangguan yang ada di benakku. Udara pagi itu sangat segar dan sejuk. Aku percepat langkah menuju sekolah yang tercinta. Les pertama kami masuk pelajaran yang tidak aku sukai sama sekali yaitu matematika. Pak lambok masuk kelas dengan begitu gagah. Pak lambok adalah guru yang mengajari kami pelajaran yang membuat sakit kepala. Kelas yang begitu ribut akhirnya bisa diam sejenak dangan tenang karena kedatangan guru yang begitu ditakuti diantara guru-guru yang lain. Pak lambok mulai mengajar. Pak lambok menulis di papan tulis. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas, serentak kami melihatnya. Ternyata sahabatku terlambat lagi. “apakah kamu tidak boleh datang lebih siang lagi, ruhut!!” saut pak lambok padanya. Jawab ruhut dengan begitu ketakutan “tadi mobil macet pak!”. “jadi, apakah aku yang harus membuat jalan yang tidak macet padamu?” saut pak lambok. “ya. Pak!” jawab ruhut. Serentak kami tertawa dengan jawaban ruhut yang begitu menjengkelkan. Masuklah ruhut dengan begitu rasa malu yang terpendam. Kami belajar lagi, dengan perasaan yang was-was pada pak lambok.
            Selesai pelajaran itu kami beristirahat. Aku dan luhut pergi kekantin tempat mengisi perut yang kosong. Kami berdua masuk untuk makan. Ya.. itu karena cacing yang ada di perut luhut sudah ngamuk. Aku duduk di meja dan luhut mengambil makanan kami berdua dari ibu kantin. Sambil menunggunya aku membaca Koran yang diletakkan di meja. Tiba-tiba ada mendekat kearahku sebuah ketawa yang sangat keras, ternyata itu hanyalah tiga perempuan yang aneh. Aku melihatnya dan dia menatapku, “ternyata hanya perempuan aneh yang datang!”, sautku. “teman-teman dia bilang apa pada kita?!.. aneh! Eh lho yang aneh. Kami datang baik-baik kok ke kantin ini”. Sautnya lagi sambil tertawa.  Dia duduk tak jauh dari depanku. Ruhut datang membawa sebuah mie untuk kami berdua, “makan…makan.! Mie enak” saut ruhut dengan keras. “ha..ha… makan gitu aja palaan disautin, gak pernah makan mie ya..?. “diam lho.!” Bentakku padanya. “apa hak lho nyuruh-nyuruh saya diam, mulut, mulut saya kok!!” balasnya padaku. Kami berdua pindah dari meja itu ke meja yang lain.
            Lain hari lagi kami masuk pelajaran penjas. Untuk permulaan, kami satu kelas mengelilingi lapangan sepak bola. Aku dan teman-teman yang lain sesama laki-laki pergi kebelakang sekolah tempat bermain bola voli. Kami melihat lapangan itu ternyata sudah diisi dengan kelas lain yang lagi main bola voli. “jack tolong suruh kelompokmu keluar lapangan kami mau main voli”. Saut joni ketua kelas kami pada mereka. “gak lihat kami lagi main voli?, buta ya..” jawab jack. “ini kan jam kami olahraga sekarang” jawab joni lagi. Mereka berhenti bermain voli. Aku melihat diantara mereka banyak perempuan ternyata salah satunya perempuan yang selalu buat hari-hariku kesal dan tak berguna. “oh.. begini saja, bagaimana kalau kelasmu dan kelasku bertanding bermain voli. Bagaimana setuju?”. Tiba-tiba jack mengajak kami untuk bertanding voli. “oke.. kami setuju, tapi persyaratannya jika kami menang kelian keluar dari lapangan dan sebaliknya untuk kami. Bagaimana setuju juga.?”. Sautku pada jack. Kami memasuki lapangan dan bola diangkat lalu main. “ayo..ayo...akuntansi menang!!!” teriak mereka pas didepan kami. Skor pertama dipimpin oleh kelas akuntansi.  Mereka membawa bola. Temanku ricky menerima bola dari mereka dan ditujukan lagi pada kapten. Dan kapten menyerahkan bolanya padaku. Aku melompat dan menyemes bola dengan sekuat tenaga. Ternyata gagal bolanya keluar lapangan. Kelompok lawan menertawai, “wei..kalau gak bisa main keluar”. Sorak cewek aneh itu padaku. Aku malu dan kesal dibuatnya, rasanya emosiku meningkat dibuatnya lagi. Permainan dimulai lagi. Bola dipukul dan aku menerima bola, aku kirim ke toser dan deserahkan lagi padaku. Sekali lagi meloncat dan aku nyemes bola dengan kuat. Ternyata bola mengarah ke kepala cewek aneh itu. Dia terjatuh dan pingsan. Semua yang ada disitu menolongnya dan membawanya ke ruang istirahat untuk diobati. Aku hanya bisa terdiam. Dalam hati kecilku, aku sangat merasa bersalah padanya. Semua yang ada disitu memandangku dengan begitu keji. Kami beristirahat dan pergi kekantin. “udalah gara jangan dipikirkan, salah dia juga kan ngapai dia disitu, ini minum” ucap joni sambil menawarkan minuman. Dipikiranku masih melekat kejadian yang tak disengaja itu. Yang membuatku begitu bersalah padanya.


Lanjutan Cerpen, Klik Icon Panah Di bawah Ini : 

Pacaran Dalam Hati Part II

Ke esokan paginya sesampai aku disekolah, aku berusaha mencarinya untuk meminta maaf padanya, namun hasilnya nihil. Aku bertanya pada jack. “jack aku boleh bertanya gak?”. “eh..mau apalagi kamu kesini, masih kurang lagi kamu nyakitinya”. Bentak jack padaku.
“nggak jack!, aku datang kemari hanya minta maaf padanya” jawabku. “ayu gak masuk sekolah” jawab jack. “gak masuk sekolah!!” jawabku heran. “Ayu itu gak hadir gara-gara kamu” bentak jack lagi. Dia pergi meninggalkanku sendirian di tempat itu. Aku juga pergi pulang ke tempat kost. “jadi namanya ayu” pikirku sambil berjalan menuju kost. Sesampai dikost aku langsung makan dan beristirahat. “kemarinkan waktu beli nasi dia ada disekitar tempat itu” pikirku sekejap. Aku berlari keluar rumah tak terasa ternyata sudah malam. Jalan disekitar itu sudah gelap. Aku bulatkan tekan untuk menemuinya, aku berlari melewati semua kegelapan malam. Sesampainya disana yang aku dapat hanya kesunyian. Aku kelilingi disekitar tempat itu, ternyata tidak ada juga. Dengan langkah berat terpaksa aku pulang ketempat kost dan aku lanjutkan besok pagi dengan cepat.
            “Joni!!” sautku keras memanggil dia yang lagi melangkahkan kaki menuju sekolah. Kami berjalan sama menuju kelas yang ada di depan mata. Aku mengarahkan pandangan ke belakang dan aku melihatnya dari jauh ternyata dia sudah sehat. Seusai belajar aku melihatnya ada di taman sekolah. aku menemuinya dengan penuh rasa bersalah. “haii.. aku minta maaf ya soal kejadian yang kemarin.” Sautku padanya sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak balas sapaan tanganku yang kosong. “benar deh, aku gak sengaja mukul bola itu hingga mengenai kamu.!!” Ucapku lagi dengan hati-hati padanya. “begitu enaknya kamu minta maaf padaku setelah kamu sakiti, aku gak maaf kan” balasnya. “tolonglah maaf kan aku. Aku memang benar-benaran gak sengaja. Apa yang harus aku lakukan agar kamu maafin aku?, terserah deh apaan”. “oke… aku maafin. tapi dengan beberapa persyaratan”. Katanya. “apa syaratnya” jawabku srius. “selama dua minggu kamu harus bawain buku-buku ku setiap pagi, gimana mau”. Sambut dia lagi. Aku jawab “emm.. gimana ya. Oke aku mau”. “ngomong-ngomong namamu siapa?” sautku lagi sambil mengulurkan tangan. Walau aku sudah tau siapa namanya. “Ayu!!” jawabnya dengan menggapai tanganku yang menunggu begitu lama. “namaku gara” jawabku begitu jelas padanya.
            Dan mulai pagi itu aku harus bawa semua bukunya. “ini lagi bukunya!!!” perintahnya padaku. Aku hanya bisa menuruti apa yang dia mau. “punya pembantu baru ya, yu? Ha..ha…” saut teman ayu mengejekku. “diam kelian” bentakku pada mereka. “jangan marah gitu dong” jawab mereka. Sesampainya di depan kelas, aku menyerahkan semua buku-buku itu padanya. Sesampainya aku dikelasku, tanya joni “gar, kenapa kamu mau bawain semua bukunya Ayu?”. Jawabku kesal “udahlah kamu gak tau”. Aku duduk dengan tenang di bangku menunggu sesuatu yang lebih baik untuk selanjutnya.
            Aku lewati semua tantangan itu dengan pelan-pelan saja seperti lirik lagu kotak. Tiap pagi kami jalan bersama. Antara  aku dan Ayu semakin dekat karena setiap pagi kami jalan bersama. Suatu pagi kami jalan lagi menuju sekolah. Aku bawa semua bukunya. Di jalan sekali-kali aku memandang wajahnya. “kalau dilihat-lihat ayu cantik juga” pikirku dalam hati. “apa lihat-lihat!!!” bentaknya padaku. “aku lihat kamu cantik” jawabku dengan terkejut. “waduh aku keceplosan” pikirku dalam hati. “ohh, gak. aku gak lihat apa-apa. Maaf soal jawabanku yang tadi itu gak benar, aku hanya terkejut”. Tapi aku melihatnya begitu tersipu malu dengan perkataanku yang sekejap itu. Kami berjalan lagi menuju sekolah. “Ini bukumu, serahku padanya”. Akhirnya tangannya yang begitu putih menyambut buku pemberianku. Aku pergi ke kelas dengan penuh percaya diri. Aku lewati semua mata pelajaran dengan baik. Hingga tak terasa semua berlalu, satu persatu kami mulai meninggalkan sekolah. Aku melihat ayu tak jauh dari depanku, aku mengejarnya. “haii” sautku padanya. “tumben sendiri, biasanya kan sama teman-temannya yang lain”. “mereka sudah pulang dari tadi” jawab ayu padaku. Kami mengobrol cukup lama, sampai jack yang mengganggu kami berdua datang menawarkan sebuah tumpangan untuk pulang kerumah menaiki motor bontotnya. Tak sangka ternyata ayu menerima tumpangan jack. Aku ditinggalkan mereka sendirian. Tiba-tiba dalam hati rasanya sangat sakit. “kenapa aku tak rela ya, jack bawa ayu?. Udalah ngapai dipikiri!” ucapku sendirian.
            Seperti biasa aku kerumah ayu bawain buku-bukunya. Dijalan kami berdua saling sharing walau ayu tak menceritakan semua apa yang ada didalam perasaanya. “ayu memang cantik kalau dilihat dari parasnya. Aku sudah mengenalnya, ternyata pandanganku salah tentang sikapnya yang kurang baik. Ternyata dia amat baik” pikirku ketika melihat wajahnya yang begitu manis. “kenapa?, kok melihat aku begitu. Kayak gak pernah melihat cewek aja!” sautnya. “aku lihat kamu sangat senang hari ini, aku melihatnya dari raut wajahu yang berseri. Kalau boleh tahu ada apa?” jawabku lagi padanya. “kamu tahu aja kalau aku senang hari ini. aku ceritakan gak ya!, emm.. minggu depan aku kedatangan seseorang yang sudah lama kami tidak bertemu, gara. Aku sangat senang deh” ceritanya padaku dengan begitu senang. Aku mendengarnya semua cerita Ayu tapi hatiku rasanya kurang senang dengan hal itu. “kamu kenapa? kok diam sih”. Saut ayu padaku. “ohh gak. Aku hanya memikirkan sesuatu” jawabku dengan lesu. “ayo.. cerita dong. Tadi kan aku sudah cerita sekarang giliran kamu”. “aku ceritakan gak ya.. kalau aku memiliki perasaan padanya?” pikirku sejenak. “jangan deh. Lain kali aja aku ceritain, kan kelasmu sudah dekat, nanti ceritanya gantung dong!” jawabku mengelak. “baiklah kalau memang begitu!” kata Ayu padaku.
            Karena sudah biasa, aku langsung pergi kerumah Ayu. “Ayu..” sautku memanggilnya. “iya tunggu. Sebentar lagi aku akan datang” jawab Ayu dari dalam rumah. Tidak lama setelah itu Ayu datang dari rumah, aku ambil buku dari tangannya. “eh..tunggu. Waktu hukuman kamu kan sudah habis”. Katanya padaku. “apa?. Waktu hukumannya sudah habis!” tanyaku pada Ayu. Sejenak aku bengong. “heii.. hallo. Kamu gak papa kan?” tanyanya lagi. “iya.. gak papa. Cepat juga ya waktunya. Gak terasa sudah seminggu”. Kataku lagi. “udah kalau begitu, ayo kita berangkat kesekolah” ajakku pada Ayu. Kami berdua berjalan bersama menuju sekolah, tapi ada yang beda. Kali ini Ayu membawa sendiri buku-bukunya. Dijalan Ayu bertanya padaku “Gara, nanti malam kamu bisa gak datang kerumahku?”. “kalau bisa akan aku usahakan. Emangnya ada apa?” tanyaku lagi pada ayu. “aku ingin kenalkan kamu dengan seseorang yang paling aku sayangi! Dan kita akan makan malam. Datang ya..” jawab Ayu. “yang disayangi, rasanya hatiku hancur lebur” isi pikiran yang tersirat.
            Malam itu aku datang kerumah Ayu yang tak jauh dari tempat kostku. Tok..tok.. ketuk jariku pada pintu rumah Ayu. Ayu bukakan pintu untukku. “eh.. Gara!! Ayo silakan masuk!”. Aku masuk kerumah ayu. “ayo, duduk gara!” tawar Ayu padaku. “iya, makasih” jawabku. “tunggu ya. Aku akan panggilkan dia”. Katanya. Jantungku terasa berdetak kencang. Ayu datang membawa seseorang laki-laki yang lumayan gagah ke depanku. “ini Gara, perkenalkan Ayahku yang paling aku sayangi”. Aku ulurkan tangan untuk berkenalan dengan ayah Ayu. Kami cukup lama berbincang-bincang, hingga Ayu menawarkan untuk makan malam. Di dalam ruangan yang mewah itu kami makan bersama. Tak terasa sudah pukul 11 malam, aku harus pulang ke tempat kost. Aku pamit pulang kepada Ayu dan juga kepada Ayahnya. Malam itu aku lumayan senang karena undangan Ayu untuk makan malam akhirnya terwujud juga.
Pagi itupun aku kerumah Ayu. Sesampainya di rumah Ayu, kami berangkat bersama ke sekolah. Di jalan aku bertanya pada ayu; “yu..! orang yang kamu bilang yang paling kamu sayangi itu siapa sih?”. Jawab Ayu; “kan semalam aku sudah kenalin. Ya itu ayahku. Dia lah yang paling aku sayangi!”. Aku sangat senang mendengar itu; “yes..” ucapku pada siapa saja yang mendengar di situ. “kamu kenapa?” Tanya Ayu. “nggak!!!” jawabku. Kami berdua terus berjalan hingga sampai didepan kelas Ayu. “Gara!. Makasih ya..!!!” ucap Ayu padaku. “makasih apa an, yu!?” tanyaku heran padanya. “udalah kamu sendiri pasti sudah tahu”.


-:: TAMAT ::-

Persatuan Dua Cinta Part II

Pulang dari Sekolah cepat-cepat dia menulis Surat Cinta yang dipesan oleh sahabatnya. Dengan gaya anak remaja yang sedang menuju jenjang kesuksesan yang diiringi rokok dalam membantu menulis apa yang sedang dipikirkannya. Dia berpikir sejenak. Merangkai kata-kata yang paling indah. Lalu diambilnyalah lembaran kertas serta pulpen yang digunakan untuk menulis. Mulailah dia mencoretkan tinta pulpennya sedikit demi sedikit diatas kertas yang menjadi surat cinta pedro.
Sri yang mempesona.
Dinaunganku selalu terbayang wajah mu yang mempesona bagaikan Juliet, tapi masih lebih mempesona dan jelitanya apa yang sedang aku hadapi kini.
Senyuman lesung pipitmu serta barisan gigi putih yang berkilauan bagaikan salju yang ada di Kutub, membuat ku tak berdaya jika melihatmu.
Termenung sejenak, memikirkan inspirasi yang baru. Kembali lagi dia menuliskan apa yang melintas dipikirannya.
Engkau pasti banyak diincar oleh kumbang-kumbang yang melihatmu.
Aku adalah salah satu dari sekian banyak kumbang yang terperangkap dalam jaringan cintamu.
Janganlah engkau jadikan aku sebagai kumbang yang bersedih yang tak bisa masuk dalam jaringan cintamu.
Biarkanlah bunga melati ini mekar dalam hatimu, dengan siraman air anggur yang melekat.
Aku sangat berharap jika aku dapat menyiram bunga melati itu dengan air anggur, dengan cinta yang membara dalam hatiku.
Semurni hatiku…. Semurni cintaku padamu…. Akan aku tunggu.
Dibuatnyalah nama Pedro sebagai penulis surat. Lalu dimasukkan ke dalam amplop berwarna merah jambu yang dihiasi bunga-bunga melati. Dituliskannya nama dan alamat pedro. Selesai sudah surat cinta yang dibuatnya itu.

***
Pagi harinya disekolah. Lianju membrikan surat cinta itu kepada Pedro. Dibawanyalah surat itu lalu dititipkan kepada sahabat terdekat Sri. Dengan rasa kaget, Sri menerima surat dari Pedro. Dibacakannyalah surat itu. Sepertinya isi surat itu masuk ke dalam hati Sri. Dia membacanya berulang-ulang kali. Lalu dibalasnyalah surat itu.
Pedro!
Rasanya tak lengkap jika tak melihat sebagaian darimu.
Kini bunga melati itu semakin mekar. Kerena adanya hati yang dapat menyiramnya dengan air anggur.
Kini kumbang itu masuk dalam jaringan cinta dan menutup kumbang lain yang ingin masuk dalamnya. Hatiku merasa bahagai karena kumbang yang satu ini merupakan kumbang pilihan dari ribuan kumbang lain.
Sekarang, tanpa perlu kuucapkan, barang kali kamu sudah bisa menebak perasaanku kepada kumbang yang datang dalam jaringan cintaku.
Kumbang itu akan selalu aku aku tunggu untuk datang menjemputku dikala kesendirian.
Surat itu lalu dimasukkan kedalam amplop berwarna merah jambu yang dihiasi gambar sepasang remaja yang sedang berdekapan. Dikirimnyalah surat itu kesalah satu teman sekolah Pedro. Dengan rasa hati yang penasaran, cepat-cepat Pedro membukakan surat balasan atas cintanya.
“Bagaimana?, apa isi suratnya!” kata Lianju sambil merampas surat yang ada ditangannya.
“Suratku diterimanya dengan baik. yehhhh!” teriak Pedro dengan girang.
“Tapi, gak lupa dengan perjanjian kita kan??”
“ya inggak lah, saya gak bakalan lupa. Tenang aja, ok!” yakinkan pedro pada sahabatnya.
Siang itu, Pedro berjalan bersama Lianju sepulang sekolah.
“Ped, coba lihat siapa itu!” ucap Lianju dengan melihat Sri yang berjalan sendirian.
“Itu Sri, cepat kamu kejar. Jelaskan tentang semua apa yang sedang kau rasakan saat ini”
“Oke, mudah-mudahan hari ini adalah hari keberuntunganku” jawab Pedro sambil berlari mengejar Sri yang lagi jalan sendirian.
Dengan badan yang kurang semangat, Lianju berjalan sendirian menuju rumahnya. Sambil berjalan, tiba-tiba masuk ke dalam pikirannya sosok wanita yang selalu menemaninya sewaktu kecil, yaitu seorang sahabat yang sudah lama meninggalkan dirinya dikala kesepian. Tiba-tiba Lianju dikejutkan sesuatu yang tidak disenanginya.
“tin..tin…..” suara klekson sepeda motor yang kencang mendekatinya dari belakang dan menyenggol lengan Lianju.
”woiii….” Teriaknya dengan kencang kepada pengendara sepeda motor yang menyenggolnya. Lalu turunlah seorang Cewek dari sebuah mobil yang berniat untuk menolong Lianju.
“Kamu tidak kenapa kan?” Tanya cewek itu kepada Lianju.
“Gak. Saya gak pa-pa!” jawab Lianju sambil menggelengkan kepalanya melihat cewek yang berniat baik untuk menolongnya. Dia terkagum melihat kecantikan cewek itu dan lebih herannya lagi dia melihat sebuah benda kenangan yang diberikannya kepada seseorang yang paling dia senangi tergelantung di leher seorang cewek yang cantik.
“Terima kasih!!!” ucap Lianju melihat cewek yang menggunakan kalung yang mirip dengan kalung yang Lianju berikan kepada Lie.
“Kamu memang beneran gak pa-pa kan?, gak perlu dibawa kerumah sakit” Tanya Cewek kembali kepada Lianju.
“iya.. saya tidak apa-apa, terima kasih sudah mau menolongku” jawab Lianju. Datanglah Pedro menuju pembicaraan antara Lianju dan Cewek yang menolongnya.
“Li, Lianju!!!” teriaknya dari jarak yang jauh memanggila sobat dekatnya itu.
“Aku diterima..diterima jadi pacarnya, yee” teriaknya kesenangan. Lianju hanya tersenyum. Cewek itu heran mendengar Pedro mengucapkan nama Lianju.
Di memory nya yang terdalam mengingat kembali nama Lianju yang menjadi kenangan terindahnya semenjak di desa.
“Lianju. Nama kamu Lianju?” Tanya cewek itu.
“Iya, Nama saya Lianju” terangnya.
“Saya, Lie” ucapnya cewek itu sambil memeluk Lianju yang sedang berpikir melayang tentang masa lalunya. Peluk Lie dengan erat atas kerinduannya kepada sahabat sejatinya itu.
Lalu mereka pergi pulang bersama. Kini dua sahabat yang sudah lama tidak berjumpa dipertemukan kembali dengan jalan yang baik. Mereka kini hidup bersama dalam satu cinta yang saling bertemu.

-:: TAMAT ::-

Persatuan Dua Cinta Part I

Dalam sebuah desakecil yang indah dan sejuk, terdapat sepasang anak remaja yang kesehariannyahanya bermain bersama. Setiap pagi dan sore hari mereka mengisi waktu denganbermain. Mereka tidak membedakan yang mana permainan untuk laki-laki dan yangmana permainan untuk perempuan asalkan itu membuat mereka senang dan bahagia.Sayangnya dalam persahabatan yang baik itu mereka dilahirkan dalam kalanganyang berbeda. Lie adalah salah satu anak konglomerat yang ada di desa itu.Sedangkan Lianju hanyalah anak yang miskin yang tak punya apa-apa. Walaupunbegitu, Lie tidak ingin membeda-bedakan teman yang satu dengan teman yang lain.Walaupun didalam sebuah perbedaan, itu tidak  mengubah persahabatan mereka yang sudahterjalin sejak mereka berdua dilahirkan. Setiap pagi hari kalau mereka lagilibur sekolah, Lianju selalu mengajak Lie melihat indahnya pemandangan diatasperbukitan yang tidak jauh dari desa tempat mereka berdua dilahirkan. Rasakesenangan selalu menyelimuti mereka. Sosok mereka selalu mengundang rasa kagumdan bangga dari orang-orang yang melihat mereka tiap pagi dan malah sebaliknyabagi orangtua Lie yang kurang senang Putri nya bermain dengan Lianju.
* **
Lianju dan Lie tumbuhbersama di desa nan sejuk tempat rumah mereka berdiri. Hari-hari mereka lewatidengan kebersamaan. Mereka bersahabat dengan akrab bukan hanya di desa sajatetapi persahabatan itu mereka jalin juga dengan baik disekolah. Sehinggasiswa/i yang melihat mereka selalu heran karena ke akrapan itu. Tetapi dengan itumereka tidak lupa juga dengan teman-temannya yang lain.
* **
Hingga saatnyatiba mereka akan melewati masa SMP. Lianju dan Lie berada dalam satu sekolah.Hingga akhirnya Lianju dan Lie Lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun dengankelulusan itu Lianju ternyata kurang senang dan bahagia. Itu disebabkan karenaLianju mendengar berita dari teman-temannya yang lain bahwa Lie akanmelanjutkan sekolah di Kota itu akan membuat persahabatan mereka berdua akanpunah seiring waktu berjalan.
“hei..ju..!!!” Sahut Lie padasahabatnya yang lagi termenung sendirian.
“kok diam-diam saja, ada masalahya.. cerita dong. Nanti aku usahain gak Bantu  deh...!!!” lanjutkan Lie dengan canda dansenyumnya yang manis.
“oh.. gak. Gak ada masalah kok!”jawab Lianju dengan hati yang ternaung sesuatu.
“tapi, kalau Lie memang inginmelanjutkan sekolah di kota kenapa dia gak cerita ya samaku?!” bisiknya dalamhati.
“yah… diam lagi ni anak. Kebiasaandeh” sambut Lie.
“udah gak pa-pa, mari kitaberkumpul dengan teman yang lain” ucap Lianju bersamaan dengan menarik tanganLie menuju teman yang lain yang sedang berkumpul.
* **
Suatu hari, Lieakan berangkat ke kota untuk melanjutkan sekolah disana. Tidak lupa dengantemannya Lie pamit kepada sahabatnya yang selalu mengisi hari-harinya dengankebahagiaan. Lie berlari kerumah Lianju yang tidak jauh dari rumahnya. Liemenemui Lianju yang sedang menyiram bunga dipekarangannya.
“kenapa lari-lari?, sebentar lagiya mainnya. Aku lagi nyiram bunga nih. Kalau mau main-main, gak usah memakai bajuyang kayak gitu dong biasaja napa kan sudah biasa, ganti saja deh nanti kotor!!!”kata Lianju kepada Lie yang memandangnya dengan rasa sedih.
“gak, aku mau pamit sama kamu. Akumau berangkat ke kota untuk melanjutkan sekolah disana, mungkin kita tidak akanketemu lagi. Maaf ya… aku baru beritahu sekarang sama kamu tentang ini, soalnyaaku gak mau buat kamu bersedih” ucap Lie dengan hati yang sedih serta di iringidengan air mata yang mengalir dipipinya. Sejenak mereka termenung dan Lianjumerasa kaget dengan hal itu. Dengan hati yang berat dan sedih Lianju Berkata ;
“tidak, tidak pa-pa. sebenarnya akujuga sudah tahu tentang ini dari teman-teman yang lain, tapi aku kurang percayaapa kata mereka. Aku hanya menunggu perkataan dari mu sendiri. Ya..sudah kalaumau berangkat, berangkatlah, aku akan selalu mendoakanmu agar kamu sukses kelaknanti” jawab Lianju dengan hati yang sedih yang akan selalu merindukan sahabatbaiknya itu.
 “sekali lagi aku minta maaf ya!!!, mungkin initerakhir kita ketemu” ucap Lie dengan meneteskan air mata perpisahan. HatiLianju merasa amat bersedih untuk menghapus air mata Lie yang mengalir di pipi Lie.
“aku disana cukup lama, dan kitatidak akan ketemu lagi dalam waktu yang lama” lanjut Lie. “aku akan selalumerindukanmu, aku tidak tahu mau bilang apa mungkin ini sudah kehendak Tuhan. JikaTuhan berkehendak Dia akan mempertemukan kita suatu hari nanti. Aku punyasesuatu untuk mu, ini akan menghapus rasa rindumu terhadapku” ucap Lianjudengan menyerahkan sebuah kalung yang selalu menemaninya bermain dengan Lie.Lianju langsung memakaikan kalung itu pada leher Lie.
 “Terima kasih ya…tapi aku juga punya sesuatuuntukmu  agar kau tidak melupakanku” Liememberikan sebuah Koin yang selalu menemaninya kepada Lianju. Sesudah pertemuanterakhir itu, mereka berdua saling berpelukan untuk mengakhiri pertemuannya.Lie tersenyum dengan manisnya memandang Lianju dengan meninggalkan Lianjuperlahan-lahan.
“aku akan merindukanmu!!!” teriakLianju pada Lie yang semakin lama semakin meninggalkan jarak pandangnya.
* **
Dua tahun telahberlalu. Lianju telah duduk di kelas XI IPA2. Ingatannya kepadaSahabatnya itu semakin hari semakin hilang. Walaupun begitu, Lianju selalumengakrapkan diri dengan teman-temannya yang lain yang berada satu kelas denganLianju. “ju.. kantin yoo!!!” ajak pedro sahabatnya. “kantin…. boleh!!!” kejarLianju dari belakang pedro. Mereka berjalan menuju kantin dan makan dikantinandalan Siswa/I di sekolah tempat Lianju mengadu ilmu.
“Aku minta tolong nihh… boleh gak?”kata Pedro diikuti dengan mulut yang dilumpuri mie.
“Iya..ada apa!” jawab Lianju.
“Aku lagi jatuh cinta?”
Lianju tersenyum menatap Pedro.
“Sama siapa kamu jatuh cinta?”
“Sri, Kelas X IPS”
“Sri, cantik kan orangnya?”
“Justru karena itu saya jatuh cintasama nya, kalau gak siihh saya gak mau deh..!!” ucap Pedro dengan hati yanggembira saat mengingat wajah nya yang lembut.
“So, apa yang bisa saya bantu?”
“Kamu kan pintar nulis kata-katayang indah. Saya ingin kamu menulis surat Cintaku kepada Sri agar dia suka samasaya. Bagaimana bisa kan?”.
Pada waktu itu Lianju sangat Pintardalam menulis bahasa yang indah-indah yang dapat membuat para gadis terpesona.Halini sangat dimanfaatkannya dalam meraut keuntungan dari temannya yang ingin dibuat surat cinta.
“Apa untungnya bagi saya?”
“Oke deh.. nanti kalau saya sudahjadian sama Sri, Saya akan Tracktir kamu makan selama satu minggu, bagaimanamau?” tawar Pedro pada Lianju.
“Baik… Kalau begitu saya akanterima tawar kamu!!”
“Dealll…!!!” ucap pedro sambilmemberikan telapak tangannya.

Lanjutan CerpenKlik Icon Panah Di bawah Ini :