Pages

Pacaran Dalam Hati Part II

Ke esokan paginya sesampai aku disekolah, aku berusaha mencarinya untuk meminta maaf padanya, namun hasilnya nihil. Aku bertanya pada jack. “jack aku boleh bertanya gak?”. “eh..mau apalagi kamu kesini, masih kurang lagi kamu nyakitinya”. Bentak jack padaku.
“nggak jack!, aku datang kemari hanya minta maaf padanya” jawabku. “ayu gak masuk sekolah” jawab jack. “gak masuk sekolah!!” jawabku heran. “Ayu itu gak hadir gara-gara kamu” bentak jack lagi. Dia pergi meninggalkanku sendirian di tempat itu. Aku juga pergi pulang ke tempat kost. “jadi namanya ayu” pikirku sambil berjalan menuju kost. Sesampai dikost aku langsung makan dan beristirahat. “kemarinkan waktu beli nasi dia ada disekitar tempat itu” pikirku sekejap. Aku berlari keluar rumah tak terasa ternyata sudah malam. Jalan disekitar itu sudah gelap. Aku bulatkan tekan untuk menemuinya, aku berlari melewati semua kegelapan malam. Sesampainya disana yang aku dapat hanya kesunyian. Aku kelilingi disekitar tempat itu, ternyata tidak ada juga. Dengan langkah berat terpaksa aku pulang ketempat kost dan aku lanjutkan besok pagi dengan cepat.
            “Joni!!” sautku keras memanggil dia yang lagi melangkahkan kaki menuju sekolah. Kami berjalan sama menuju kelas yang ada di depan mata. Aku mengarahkan pandangan ke belakang dan aku melihatnya dari jauh ternyata dia sudah sehat. Seusai belajar aku melihatnya ada di taman sekolah. aku menemuinya dengan penuh rasa bersalah. “haii.. aku minta maaf ya soal kejadian yang kemarin.” Sautku padanya sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak balas sapaan tanganku yang kosong. “benar deh, aku gak sengaja mukul bola itu hingga mengenai kamu.!!” Ucapku lagi dengan hati-hati padanya. “begitu enaknya kamu minta maaf padaku setelah kamu sakiti, aku gak maaf kan” balasnya. “tolonglah maaf kan aku. Aku memang benar-benaran gak sengaja. Apa yang harus aku lakukan agar kamu maafin aku?, terserah deh apaan”. “oke… aku maafin. tapi dengan beberapa persyaratan”. Katanya. “apa syaratnya” jawabku srius. “selama dua minggu kamu harus bawain buku-buku ku setiap pagi, gimana mau”. Sambut dia lagi. Aku jawab “emm.. gimana ya. Oke aku mau”. “ngomong-ngomong namamu siapa?” sautku lagi sambil mengulurkan tangan. Walau aku sudah tau siapa namanya. “Ayu!!” jawabnya dengan menggapai tanganku yang menunggu begitu lama. “namaku gara” jawabku begitu jelas padanya.
            Dan mulai pagi itu aku harus bawa semua bukunya. “ini lagi bukunya!!!” perintahnya padaku. Aku hanya bisa menuruti apa yang dia mau. “punya pembantu baru ya, yu? Ha..ha…” saut teman ayu mengejekku. “diam kelian” bentakku pada mereka. “jangan marah gitu dong” jawab mereka. Sesampainya di depan kelas, aku menyerahkan semua buku-buku itu padanya. Sesampainya aku dikelasku, tanya joni “gar, kenapa kamu mau bawain semua bukunya Ayu?”. Jawabku kesal “udahlah kamu gak tau”. Aku duduk dengan tenang di bangku menunggu sesuatu yang lebih baik untuk selanjutnya.
            Aku lewati semua tantangan itu dengan pelan-pelan saja seperti lirik lagu kotak. Tiap pagi kami jalan bersama. Antara  aku dan Ayu semakin dekat karena setiap pagi kami jalan bersama. Suatu pagi kami jalan lagi menuju sekolah. Aku bawa semua bukunya. Di jalan sekali-kali aku memandang wajahnya. “kalau dilihat-lihat ayu cantik juga” pikirku dalam hati. “apa lihat-lihat!!!” bentaknya padaku. “aku lihat kamu cantik” jawabku dengan terkejut. “waduh aku keceplosan” pikirku dalam hati. “ohh, gak. aku gak lihat apa-apa. Maaf soal jawabanku yang tadi itu gak benar, aku hanya terkejut”. Tapi aku melihatnya begitu tersipu malu dengan perkataanku yang sekejap itu. Kami berjalan lagi menuju sekolah. “Ini bukumu, serahku padanya”. Akhirnya tangannya yang begitu putih menyambut buku pemberianku. Aku pergi ke kelas dengan penuh percaya diri. Aku lewati semua mata pelajaran dengan baik. Hingga tak terasa semua berlalu, satu persatu kami mulai meninggalkan sekolah. Aku melihat ayu tak jauh dari depanku, aku mengejarnya. “haii” sautku padanya. “tumben sendiri, biasanya kan sama teman-temannya yang lain”. “mereka sudah pulang dari tadi” jawab ayu padaku. Kami mengobrol cukup lama, sampai jack yang mengganggu kami berdua datang menawarkan sebuah tumpangan untuk pulang kerumah menaiki motor bontotnya. Tak sangka ternyata ayu menerima tumpangan jack. Aku ditinggalkan mereka sendirian. Tiba-tiba dalam hati rasanya sangat sakit. “kenapa aku tak rela ya, jack bawa ayu?. Udalah ngapai dipikiri!” ucapku sendirian.
            Seperti biasa aku kerumah ayu bawain buku-bukunya. Dijalan kami berdua saling sharing walau ayu tak menceritakan semua apa yang ada didalam perasaanya. “ayu memang cantik kalau dilihat dari parasnya. Aku sudah mengenalnya, ternyata pandanganku salah tentang sikapnya yang kurang baik. Ternyata dia amat baik” pikirku ketika melihat wajahnya yang begitu manis. “kenapa?, kok melihat aku begitu. Kayak gak pernah melihat cewek aja!” sautnya. “aku lihat kamu sangat senang hari ini, aku melihatnya dari raut wajahu yang berseri. Kalau boleh tahu ada apa?” jawabku lagi padanya. “kamu tahu aja kalau aku senang hari ini. aku ceritakan gak ya!, emm.. minggu depan aku kedatangan seseorang yang sudah lama kami tidak bertemu, gara. Aku sangat senang deh” ceritanya padaku dengan begitu senang. Aku mendengarnya semua cerita Ayu tapi hatiku rasanya kurang senang dengan hal itu. “kamu kenapa? kok diam sih”. Saut ayu padaku. “ohh gak. Aku hanya memikirkan sesuatu” jawabku dengan lesu. “ayo.. cerita dong. Tadi kan aku sudah cerita sekarang giliran kamu”. “aku ceritakan gak ya.. kalau aku memiliki perasaan padanya?” pikirku sejenak. “jangan deh. Lain kali aja aku ceritain, kan kelasmu sudah dekat, nanti ceritanya gantung dong!” jawabku mengelak. “baiklah kalau memang begitu!” kata Ayu padaku.
            Karena sudah biasa, aku langsung pergi kerumah Ayu. “Ayu..” sautku memanggilnya. “iya tunggu. Sebentar lagi aku akan datang” jawab Ayu dari dalam rumah. Tidak lama setelah itu Ayu datang dari rumah, aku ambil buku dari tangannya. “eh..tunggu. Waktu hukuman kamu kan sudah habis”. Katanya padaku. “apa?. Waktu hukumannya sudah habis!” tanyaku pada Ayu. Sejenak aku bengong. “heii.. hallo. Kamu gak papa kan?” tanyanya lagi. “iya.. gak papa. Cepat juga ya waktunya. Gak terasa sudah seminggu”. Kataku lagi. “udah kalau begitu, ayo kita berangkat kesekolah” ajakku pada Ayu. Kami berdua berjalan bersama menuju sekolah, tapi ada yang beda. Kali ini Ayu membawa sendiri buku-bukunya. Dijalan Ayu bertanya padaku “Gara, nanti malam kamu bisa gak datang kerumahku?”. “kalau bisa akan aku usahakan. Emangnya ada apa?” tanyaku lagi pada ayu. “aku ingin kenalkan kamu dengan seseorang yang paling aku sayangi! Dan kita akan makan malam. Datang ya..” jawab Ayu. “yang disayangi, rasanya hatiku hancur lebur” isi pikiran yang tersirat.
            Malam itu aku datang kerumah Ayu yang tak jauh dari tempat kostku. Tok..tok.. ketuk jariku pada pintu rumah Ayu. Ayu bukakan pintu untukku. “eh.. Gara!! Ayo silakan masuk!”. Aku masuk kerumah ayu. “ayo, duduk gara!” tawar Ayu padaku. “iya, makasih” jawabku. “tunggu ya. Aku akan panggilkan dia”. Katanya. Jantungku terasa berdetak kencang. Ayu datang membawa seseorang laki-laki yang lumayan gagah ke depanku. “ini Gara, perkenalkan Ayahku yang paling aku sayangi”. Aku ulurkan tangan untuk berkenalan dengan ayah Ayu. Kami cukup lama berbincang-bincang, hingga Ayu menawarkan untuk makan malam. Di dalam ruangan yang mewah itu kami makan bersama. Tak terasa sudah pukul 11 malam, aku harus pulang ke tempat kost. Aku pamit pulang kepada Ayu dan juga kepada Ayahnya. Malam itu aku lumayan senang karena undangan Ayu untuk makan malam akhirnya terwujud juga.
Pagi itupun aku kerumah Ayu. Sesampainya di rumah Ayu, kami berangkat bersama ke sekolah. Di jalan aku bertanya pada ayu; “yu..! orang yang kamu bilang yang paling kamu sayangi itu siapa sih?”. Jawab Ayu; “kan semalam aku sudah kenalin. Ya itu ayahku. Dia lah yang paling aku sayangi!”. Aku sangat senang mendengar itu; “yes..” ucapku pada siapa saja yang mendengar di situ. “kamu kenapa?” Tanya Ayu. “nggak!!!” jawabku. Kami berdua terus berjalan hingga sampai didepan kelas Ayu. “Gara!. Makasih ya..!!!” ucap Ayu padaku. “makasih apa an, yu!?” tanyaku heran padanya. “udalah kamu sendiri pasti sudah tahu”.


-:: TAMAT ::-