Pages

Pacaran Dalam Hati Part I



Pagi itu rasanya sangat cerah, burung bersiul dimana-mana. Mereka semua datang dari segala penjuru dan berkumpul di depan gedung tempat mengadu ilmu itu. “nasib baik !!!” pikirku. Hari pertama masuk sekolah pagi itu rasanya kurang menyenangkan bagiku. Sesampainya aku di gerbang sekolah, aku dikejutkan seorang cowok yang memanggilku: “Gara….gara. tunggu aku” kata Luhut sahabat baikku. “eh….kamu hut!” sautku padanya sambil menunggu dia. Kami berdua berjalan bersamaan menuju sekolah idaman kami itu. Ruhut adalah teman baikku sejak SMP dan hingga sampai SMK sekarang. Kami berdua sama-sama mengambil jurusan RPL di sebuah sekolah ternama di kota itu.
            Karena sudah bell, kami berdua lari dengan cepat dan berkumpul dengan teman yang lain yang sesama kelas X. Dibarisan kami mendengarkan beberapa pengarahan dari kepala sekolah. Seusai pengarahan itu, kami masuk kelas sesuai jurusan kami masing-masing. Disekolah itu ada beberapa jurusan seperti RPL, Akuntansi dan Administrasi Perkantoran. Jumlah satu kelasku 30 siswa/I dengan 10 laki-laki dan 20 perempuan. Hari pertama masuk sekolah kami masih enggan dengan teman yang lain karena belum kenal satu sama lain. Hari-hari terus aku lewati dengan penuh semangat dan gairah yang kuat. Karena rumah luhut dan tempat kostku satu arah, tiap pulang sekolah kami sama-sama pulang kerumah.
            Seminggu setelah itu, tepat hari senin aku berlari menuju sekolah tidak tahu apa yang akan aku kejar. Tidak sengaja aku menyenggol bahu seorang cewek yang sedang berjalan didepanku dengan membawa buku di tangannya. Dia terjatuh dengan semua buku yang dipegangnya, sangking kesalnya dia berkata: “hei….kalau lari hati-hati dong, kalau mau jogging dilapangan sana, dasar tak tahu aturan”. Aku melihatnya dan dia menatapku dengan tajam, aku ingin sekali membantunya tetapi kakiku terus berlari. Sesampainya dikelas aku duduk dibangku dan meletakkan tasku. Tiba-tiba aku mengingat kejadian beberapa menit sebelumnya, aku  merasa menyesal karena tidak membantunya membereskan buku-buku yang terjatuh itu.
            Setelah pulang sekolah. Aku berjalan dengan santai menuju kost, dia sempat melihat dan menatapku dengan mata tajam. Dia memberi pandangan dengan begitu kebencian yang tak terhapuskan lagi, sampai-sampai badanku terdiam dan seperti dihipnotis olehnya. Dia berjalan sambil mendekatiku. Dia semakin mendekat denganku dan makin mendekat lagi kearahku. Tak terasa jantungku langsung berdebar kencang, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya padaku.
“kenapa. takut…. Orang tak tahu sopan!!!. Bentaknya padaku dengan keras, sampai gendang telingaku rasanya sakit. “Kamu diajari gak sih dirumah bagaimana cara jalan yang bagus. Atau kamu sendiri yang tak punya mata untuk melihat. Kalau punya mata digunain dong, jangan hanya pajangan aja dimuka...!!!” bentaknya lagi padaku. Tiba-tiba saja aku terdiam dan rasanya tak bisa bicara karena kata-kata itu. “eh.., kamu ya yang gak tahu jalan!!!. Jawabku padanya dengan terpaksa. Makanya kalau jalan itu cepat-cepat, jangan kayak ibu-ibu yang mau melahirkan, ha..ha..!!” ucapku lagi padanya. Aku lihat dia hanya terdiam dan pergi dari tempat itu meninggalkan aku sendirian. Aku terdiam di tempat yang penuh dengan cacian itu. Aku tak tahu lagi entah apa yang saya lakukan, terpaksa aku meninggalkan tempat itu dan pulang tempat kost.
            Sesampai di tempat kost, aku mengganti pakaian sekolah dan langsung berlari ke dapur untuk makan. Ternyata yang aku dapat hanyalah sebuah ikan yang dibakar yang begitu asin dilidahku. Tak tahan dengan itu aku pergi keluar untuk membeli ikan yang lebih enak. Aku menuju sebuah tempat jualan makanan yang tak jauh dari tempat kost, aku langsung memesannya dan dibuat dalam rantangan yang aku bawa. Aku pergi meninggalkan tempat jualan itu. Tidak jauh dari tempat jualan makanan itu, aku di kagetkan seorang cewek yang mengejekku dari belakang badanku. Aku melihatnya ternyata dia adalah cewek yang sebelumnya membuat hatiku kesal. “belum ada dua jam, ehh.. dia udah cari masalah lagi dangan ku”, tersirat dalam pikirku sekejap. Aku diam dan dia pergi dengan tertawanya sambil mengejekku. Aku pergi dan menuju tempat dimana aku kost. Sampai di kost langsung aku habiskan apa yang aku beli itu dengan begitu lahap.
            Paginya aku sekolah seperti biasa tanpa ada gangguan yang ada di benakku. Udara pagi itu sangat segar dan sejuk. Aku percepat langkah menuju sekolah yang tercinta. Les pertama kami masuk pelajaran yang tidak aku sukai sama sekali yaitu matematika. Pak lambok masuk kelas dengan begitu gagah. Pak lambok adalah guru yang mengajari kami pelajaran yang membuat sakit kepala. Kelas yang begitu ribut akhirnya bisa diam sejenak dangan tenang karena kedatangan guru yang begitu ditakuti diantara guru-guru yang lain. Pak lambok mulai mengajar. Pak lambok menulis di papan tulis. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas, serentak kami melihatnya. Ternyata sahabatku terlambat lagi. “apakah kamu tidak boleh datang lebih siang lagi, ruhut!!” saut pak lambok padanya. Jawab ruhut dengan begitu ketakutan “tadi mobil macet pak!”. “jadi, apakah aku yang harus membuat jalan yang tidak macet padamu?” saut pak lambok. “ya. Pak!” jawab ruhut. Serentak kami tertawa dengan jawaban ruhut yang begitu menjengkelkan. Masuklah ruhut dengan begitu rasa malu yang terpendam. Kami belajar lagi, dengan perasaan yang was-was pada pak lambok.
            Selesai pelajaran itu kami beristirahat. Aku dan luhut pergi kekantin tempat mengisi perut yang kosong. Kami berdua masuk untuk makan. Ya.. itu karena cacing yang ada di perut luhut sudah ngamuk. Aku duduk di meja dan luhut mengambil makanan kami berdua dari ibu kantin. Sambil menunggunya aku membaca Koran yang diletakkan di meja. Tiba-tiba ada mendekat kearahku sebuah ketawa yang sangat keras, ternyata itu hanyalah tiga perempuan yang aneh. Aku melihatnya dan dia menatapku, “ternyata hanya perempuan aneh yang datang!”, sautku. “teman-teman dia bilang apa pada kita?!.. aneh! Eh lho yang aneh. Kami datang baik-baik kok ke kantin ini”. Sautnya lagi sambil tertawa.  Dia duduk tak jauh dari depanku. Ruhut datang membawa sebuah mie untuk kami berdua, “makan…makan.! Mie enak” saut ruhut dengan keras. “ha..ha… makan gitu aja palaan disautin, gak pernah makan mie ya..?. “diam lho.!” Bentakku padanya. “apa hak lho nyuruh-nyuruh saya diam, mulut, mulut saya kok!!” balasnya padaku. Kami berdua pindah dari meja itu ke meja yang lain.
            Lain hari lagi kami masuk pelajaran penjas. Untuk permulaan, kami satu kelas mengelilingi lapangan sepak bola. Aku dan teman-teman yang lain sesama laki-laki pergi kebelakang sekolah tempat bermain bola voli. Kami melihat lapangan itu ternyata sudah diisi dengan kelas lain yang lagi main bola voli. “jack tolong suruh kelompokmu keluar lapangan kami mau main voli”. Saut joni ketua kelas kami pada mereka. “gak lihat kami lagi main voli?, buta ya..” jawab jack. “ini kan jam kami olahraga sekarang” jawab joni lagi. Mereka berhenti bermain voli. Aku melihat diantara mereka banyak perempuan ternyata salah satunya perempuan yang selalu buat hari-hariku kesal dan tak berguna. “oh.. begini saja, bagaimana kalau kelasmu dan kelasku bertanding bermain voli. Bagaimana setuju?”. Tiba-tiba jack mengajak kami untuk bertanding voli. “oke.. kami setuju, tapi persyaratannya jika kami menang kelian keluar dari lapangan dan sebaliknya untuk kami. Bagaimana setuju juga.?”. Sautku pada jack. Kami memasuki lapangan dan bola diangkat lalu main. “ayo..ayo...akuntansi menang!!!” teriak mereka pas didepan kami. Skor pertama dipimpin oleh kelas akuntansi.  Mereka membawa bola. Temanku ricky menerima bola dari mereka dan ditujukan lagi pada kapten. Dan kapten menyerahkan bolanya padaku. Aku melompat dan menyemes bola dengan sekuat tenaga. Ternyata gagal bolanya keluar lapangan. Kelompok lawan menertawai, “wei..kalau gak bisa main keluar”. Sorak cewek aneh itu padaku. Aku malu dan kesal dibuatnya, rasanya emosiku meningkat dibuatnya lagi. Permainan dimulai lagi. Bola dipukul dan aku menerima bola, aku kirim ke toser dan deserahkan lagi padaku. Sekali lagi meloncat dan aku nyemes bola dengan kuat. Ternyata bola mengarah ke kepala cewek aneh itu. Dia terjatuh dan pingsan. Semua yang ada disitu menolongnya dan membawanya ke ruang istirahat untuk diobati. Aku hanya bisa terdiam. Dalam hati kecilku, aku sangat merasa bersalah padanya. Semua yang ada disitu memandangku dengan begitu keji. Kami beristirahat dan pergi kekantin. “udalah gara jangan dipikirkan, salah dia juga kan ngapai dia disitu, ini minum” ucap joni sambil menawarkan minuman. Dipikiranku masih melekat kejadian yang tak disengaja itu. Yang membuatku begitu bersalah padanya.


Lanjutan Cerpen, Klik Icon Panah Di bawah Ini :